Sunday, November 21, 2010

Nudirman : Bisa Jadi Dari Orang Dalam Golkar

Minggu, 21 November 2010 | 11:08 WIB
Oleh: Agus Rahmat

INILAH.COM, Jakarta –Isu ketemunya Gayus Tambunan dengan Aburizal Bakrie, ketua umum Partai Golkar ternyata makin menarik. Kubu Golkar sendiri menuding bahwa isu itu bisa jadi sengaja digiring oleh orang dalam Golkar sendiri.

Pandangan itu disampaikan oleh Nudirman Munir, anggota Komisi III asal Fraksi Golkar. Nudirman tak memungkiri bila isu itu sebenarnya bermunculan dari internal Golkar. “Bisa-bisa aja dari pihak dalam (internal partai Golkar, red),” kata Nudirman, kepada INILAH.COM, Minggu (21/11/2010). Namun Nudirman mengelak siapa sosok orang dalam yang menyerang Ical itu. “Saya tidak tahu, saya tidak bisa nuduh karena tidak ada bukti,” tukasnya lagi.

Sebelumnya seorang pengamat politik, Abdul Hakim, juga sempat mengutarakan pandangan yang serupa. Menurutnya, Partai Golkar harus mewaspadai pemanfaatan isu itu justru berasal dari internal partai tersebut.

Kini bisa dibilang partai berlambang beringin itu terpecah menjadi tiga kubu. Ada kubu Ical, sisa kubu Surya Paloh dan kelompoknya Akbar Tandjung. [irw]

Baca Selengkapnya...

Waspadai Internal Golkar Politisasi Isu Gayus

Minggu, 21 November 2010 | 09:35 WIB
Oleh: Santi Andriani

INILAH.COM, Jakarta - Isu pertemuan Gayus Tambunan dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie di Bali memang bisa dimanfaatkan lawan politik untuk menyerang Partai Golkar.

Pengamat Politik Abdul Hakim berpendapat, Partai Golkar harus mewaspadai pemanfaatan isu itu justru berasal dari internal Partai Golkar.

"Mungkin bisa dipakai dari luar (lawan politik) dan juga dari dalam internal Golkar," jelas Abdul ketika dihubungi INILAH.COM, Minggu (21/11/2010).

Hal itu, terang dia, karena di tubuh Partai Golkar kini setidaknya ada tiga kubu, yaitu kubu Ical, kubu Surya Paloh, dan kubu Akbar Tanjung. Abdul sependapat, memang banyaknya unsur politis sejak keluarnya Gayus dari tahanan, hingga isu pertemuan Ical dengan Gayus Tambunan di Bali.

Menurut Abdul, Ical seharusnya tidak terlalu berlebihan bereaksi seperti yang ditunjukkan saat ini dan membiarkan tudingan kepada dirinya itu dibuktikan di pengadilan. Karena hal itu, justru bisa menjadi kampanye meningkatkan citra dirinya.

"Kalau tidak terbukti bertemu Gayus, citra Ical kan justru bisa meningkat positif. Ini bisa menjadi kampanye gratis Partai Golkar. Anggaplah ini sebagai pemanasan, karena dalam kasus ini, unsur politisnya memang sangat kental terasa, malah menghilangkan kerangka hukumnya," pungkas Abdul. [mor]

Baca Selengkapnya...

Ical Terlalu Reaktif Tanggapi Isu Gayus

Minggu, 21 November 2010 | 08:25 WIB
Oleh: Santi Andriani

INILAH.COM, Jakarta- Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie sebaiknya tidak perlu banyak berkomentar soal isu miring pertemuannya dengan Gayus Tambunan di Bali. Klarifikasi yang bertubi-tubi dilontarkan Aburizal dinilai terlalu berlebihan.

"Reaksi yang dia sampaikan itu berlebihan, terlalu reaktif. Apalagi ditambah dengan sejumlah fungsionaris Golkar lainnya yang juga ikut-ikutan memberi klarifikasi," ujar Pengamat Politik Abdul Hakim ketika dihubungi INILAH.COM, Sabtu (20/11/2010) malam.

Menurut Abdul, seharusnya Ical dalam klarifikasinya cukup menyatakan agar tudingan yang dialamatkan kepadanya dibuktikan secara hukum dan tidak perlu mengkaitkan dengan politik. Meski diakui Abdul nuansa politik kental terasa dalam kasus itu.

"Tidak perlu dia katakan, dirinya tidak pernah mengenal Gayus, karena publik tidak akan percaya kalau dia tidak mengenal seorang Gayus. Jadi cukup dia katakan, dirinya tidak bertemu Gayus, secara legal dan formal isu itu harus dibuktikan di pengadilan," sambungnya lagi.

Terhadap isu miring yang berhembus bahwa kepergian Gayus ke Bali tidak hanya sekedar menonton turnamen tennis melainkan juga melakukan pertemuan dengan Ical, Ical terus memberikan klarifikasi bahwa hal itu tidak benar. Ical bahkan akan mempertimbangkan untuk melaporkan si penghembus isu ke polisi dan juga media yang memberitakan ke dewan pers.

Menurut Abdul, terlalu banyaknya klarifikasi yang dilontarkan Ical, akan berdampak seperti pisau bermata ganda. Selain akan menguntungkan dirinya, tapi sekaligus akan melukai dirinya sendiri.

"Di satu pihak klarifikasi itu bisa menetralisir keadaan yang sebenarnya tapi di sisi yang lain dan saya melihat ini sebagai kecenderungan bahwa itu akan mengarah ke dirinya sendiri," ujar Abdul.

Yaitu, katanya, publik justru menjadi penasaran. Yang semula tidak banyak tahu, karena banyaknya klarifikasi justru menjadi ingin tahu kronologis hubungan antara Aburizal Bakrie dengan Gayus Tambunan, dan akhirnya menjadi tahu.

"Sementara jika ini dibiarkan berjalan di pengadilan lalu akhirnya tidak terbukti pertemuan itu, maka nama Aburizal akan meningkat citranya," jelasnya. [mah]

Baca Selengkapnya...

Saturday, November 13, 2010

Kalau Tifatul Negatif, Citra PKS Juga Negatif

Sabtu, 13 November 2010 | 08:30 WIB
Oleh: Santi Andriani

INILAH.COM, Jakarta- Kebiasan Menkominfo, Tifatul Sembiring yang sering mengeluarkan pernyataan kontroversialnya di Twitter maupun Facebook dinilai akan berdampak pada citra Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Tifatul pun diminta untuk segera menghentikkan kebiasaan buruknya itu.

"Korelasi secara langsung pasti ada, kalau yang dilakukan Tifatul adalah positif tentu akan berimbas pada citra positif PKS, sebaliknya, kalau yang dilakukan Tifatul negatif, ya pasti akan membuat negatif PKS," sebut Pengamat Politik Abdul Hakim kepada INILAH.COM, Jumat(12/11/2010) malam.

Berkomunikasi di Twitter atau Facebook, sebenarnya adalah hal umum yang juga dilakukan oleh para politisi di luar negeri sebagai bagian dari penggunaan teknologi. Namun, tidak wajar bagi Tifatul untuk menyampaikan hal yang personal bahkan belangkan sering mengandung kontroversial di Twitter.

"Bagaimana pun, Tifatul adalah tokoh di PKS, dia pernah menjabat sebagai Presiden PKS. Pasti apa yang dilakukan berimbas ke partai, kalau Tifatul dipandang negatif pasti citra partai negatif juga," sambungnya lagi.

Karenanya, Abdul mengusulkan, sebaiknya Tifatul segera meninggalkan kebiasaan burukya yang memposting pernyataan-pernyataan bersifat personal bahkan memicu kontroversi.

"Sebaliknya, mulai menggunakan media jejaring sosial itu untuk menyampaikan informasi-informasi yang bermaanfaat dan mendidik bagi masyarakat terkait pekerjaan dan informatika itu sendiri. Karena Tifatul sekarang bukan milik partai tapi pejabat publik." [TJ]

Baca Selengkapnya...

Tifatul Jangan Sibuk Main Twitter & Faceebook

Sabtu, 13 November 2010 | 08:00 WIB
Oleh: Santi Andriani

INILAH.COM, Jakarta- Sudah saatnya Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul Sembiring mundur dari kegemarannya mengetweet atau facebook-an dan serius bekerja.

Hal itu disampaikan oleh Pengamat Politik, Abdul Hakim. "Daripada banyak nge-tweet dan facebook-an, lebih baik tunjukkan kinerjanya. Jadi disarankan agar Tifatul berhenti bermain twiter atau facebook," ujarnya ketika dihubungi INILAH.COM, Jumat (12/11/2010) malam.

Karena, lanjut Abdul, kebiasaan Tifatul yang selalu memberikan komentar atau menjadikan dua jejaring sosial itu sebagai ajang klarifikasi dirinya, faktanya pernyataan Tifatul justu banyak menuai kontroversi dan cenderung bersifat pribadi. Tidak ada hubungan dengan tugas dan kewenangannya.

"Yang dia tulis di tweet atau face book, Tifatul justru beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang kontroversial sehingga menimbulkan kritikan," jelas dia.

Sebaliknya jika tidak segera menghentikan kebiasannya itu,lanjut Abdul, maka gelar menteri kontroversi akan terus melekat pada dirinya yang berimbas pada pendapat masyarakat bahwa Tifatul adalah menteri yang layak diresufhel.

Seperti diketahui, memang bukan kali pertama, Tifatul mengeluarkan pernyataan atau sekedar klarifikasi yang justru menimbulkan kontroversi atau kritikan bahkan di luar negeri.

Termasuk yang terakhir, yaitu Tifatul memberikan klarifikasi bahwa jabatan tangan yang dilakukannya dengan Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama bukan kehendak dirinya melainkan karena si Ibu Negara terlalu menyodorkan tangannya sehigga menyentuh tangan Tifatul.

Klarifikasi itu kontan menuai banyak kritik bahkan menjadi bahan ledekan di acara televisi di Amerika Serikat yang dipandu Stephen Colbert.

Si pembawa acara tersebut menyebutnya sebagai perilaku munafik karena menyatakan bahwa salaman itu bukan kehendaknya. Namun, di acara itu juga ditampilkan bagaimana Tifatul menyambut uluran tangan Michelle Obama. [mah]

Baca Selengkapnya...