Lama nomor itu tak muncul dilayar handphoneku. Lama juga suara itu tak hinggap ditelingaku.
“Politik lagi panas” suara seorang wanita diseberang sana.
”Panas?”
”Ya panas. Hasil survei terakhir membuat kelojotan banyak orang. Hahahaha....”
MEMANG, beberapa hari yang lalu, tepatnya hari minggu, 29 Juni 2008, sebuah lembaga survei nasional, INDO BAROMETER, mengeluarkan hasil riset terbarunya. Indo Barometer adalah sebuah lembaga survei yang diketuai oleh M. Qodari. Ia dulu pernah di LSI, baik Lembaga maupun Lingkaran Survei Indonesia. Ia dulu juga pernah menjadi peneliti CSIS dan ISAI.
Diluar dugaan, orang yang selama ini mendominasi perolehan angka survei, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dibuat lemas. Ia harus kalah dari pesaing utamanya, Megawati. Duh...
Data itu melansir, Elektabilitas SBY menurun dibanding survei-survei yang ada sebelumnya. Anjloknya tajam. Dari 38,1% pada Desember 2007, menjadi 20,7% pada Juni 2008. Cukup telak. Reduksinya hingga 18%. Oooowwwww.....
Sementara Megawati, sedikit membusungkan dada. Ia yang kalah dalam ronde-ronde sebelumnya, bisa menekuk tangannya di atas pinggang. Angkanya menyalip SBY. Elektabilitasnya menanjak dari 27,4% pada Desember 2007, menjadi 30,4% pada Juni 2008. Plak..plak..plak.. bagi para pendukung Mega.
“Faktor utama kenapa tingkat elektabilitas SBY menurun, karena kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. Ada juga faktor lain. Cuma tak signifikan” isi analisis laporan itu.
“Masyarakat pasti akan segera mencapai titik jenuh dan menyadari semua ini Cuma politicking (permainan politik)” bela Wakil Ketua Partai Demokrat keesokan harinya di Koran Indo Pos.
“Dalam enam bulan kedepan, popularitas SBY akan tumbuh kembali. Karena ekonomi juga akan tumbuh. Masyarakat bisa menilai mana yang lebih baik” bela pendukung SBY yang lain, Syarif Hasan di Koran Tempo pada hari yang sama.
Bagaimana dengan pendukung Mega?
”kita yakin pada September popularitas Bu Mega bakal naik lagi dengan melalkukan kampanye dan sosialisasi di Pilkada yang diikuti oleh calon-calon dari PDIP” Ungkap Direktur Pro Mega Centre, Muchtar Muhammad di koran Rakyat Merdeka.
”hasil survei ini memberi sinyal pada PDIP agar semakin berhati-hati dan makin konsisten dalam berjuang. Itu spirit untuk lebih keras bekerja. Jangan sampai terlena dengan angka” sambung Sekretaris Fraksi PDIP, Ganjar Pranowo di koran yang sama.
Bagiaman dengan yang lain?
”Mega belum tentu terpilih menjadi presiden 2009 meski tingkat elektibilitasnya di atas SBY. Jika terjadi putaran kedua di Pilpres 2009, maka calon-calon yang kalah kemungkinan akan mendukung SBY untuk melawan Mega. Jadi, kita masih harus menunggu ronde kedua” tutut pengamat ekonomi, Faisal Basri.
”Biarkan saja. Fakta kadang-kadang bisa bikin geger” kataku kepada wanita diseberang telepon sana.
Hehehehe....
1 comment:
SBY Boleh saja kalah. Namun data pernah berbicara bahwa SBY akan cepat melakukan recovery. Setelah kenaikan harga BBM tahun 2005, popularitas SBY juga menurun. pada 2006, popularitasnya naik kembali. So, Cayoo SBY.....
Post a Comment