Friday, January 06, 2012

WEF dan Momentum Kebangkitan Ekonomi Kita

Share on :

Oleh : Abdul Hakim MS

Jurnal nasional, Jum'at, 17 Jun 2011


Pada 12–13 Juni 2011, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah pertemuan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Asia Timur ke-20. Forum Ekonomi Dunia diselenggarakan setiap tahun dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan ekonomi dunia. Pertemuan Forum Ekonomi Dunia kali ini akan dihadiri oleh para pemimpin pemerintahan, pimpinan dunia usaha, think tank terkemuka, organisasi masyarakat sipil, filantropis, dan kalangan aktivis dalam rangka membahas isu global dan mencari kerangka solusi.

Sebelumnya, pada penyelenggaraan World Economic Forum/WEF di Davos, Swiss, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hadir mewakili Indonesia dan menyampaikan pidato khusus (special address). Ini merupakan kali pertama presiden Indonesia diundang di forum ini. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, kehadiran Indonesia tersebut tidak terlepas dari status Indonesia sebagai ketua Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) tahun 2011 dan tuan rumah Pertemuan Asia Timur Juni ini. Apa yang bisa dimaknai dari kegiatan ini?

Momentum

Secara tidak langsung khadiran Indonesia di WEF Swiss dan posisi strategis sebagai tuan rumah, merupakan wujud dari pengakuan dunia terhadap kedudukan dan peran strategis Indonesia di dalam tatanan perekonomian global. Karena itu, menjadi sebuah keharusan bagi Indonesia untuk dapat memaksimalkan posisi tersebut sebagai pintu masuk untuk secara lebih aktif mengutarakan pandangan-pandangan alternatif di luar dominasi negara-negara besar.

Momentum itu telah tiba. Menjelang pagelaran WEF Juni ini, Indonesia mendapat rapor istimewa dari WEF. Secara resmi, lembaga ini meluncurkan Laporan Daya Saing 2011 yang merupakan hasil penilaian lembaga itu khusus tentang Indonesia. Laporan tersebut mengacu pada temuan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) 2010–2011. Indonesia menempati posisi ke-44 dari 139 negara di dunia dalam peringkat GCI

Indeks Daya Saing yang dikeluarkan oleh WEF, mendapat konfirmasi jika kita tengok sebentar kinerja ekonomi pemerintah. SBY telah banyak melakukan terobosan penting dalam persoalan ekonomi. Data BPS menunjukkan, saat ini pemerintah telah mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6.1%. Tak mengherankan bila kemudian pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi dalam 5–10 tahun mendatang bisa menembus angka tujuh sampai delapan persen. Selain itu, target Produk Domestik Bruto juga di perkirakan mampu mencapai 1 triliun dolar AS.

Dalam mengatasi pengangguran, dalam rentang waktu 6 tahun, pemerintah telah berhasil menurunkan tingkat pengangguran terbuka dari 11.9 juta orang pada 2005 menjadi 8.3 juta orang pada 2010. Pun demikian halnya dengan program penanggulangan kemiskinan. Pemerintah juga berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 32.53 juta (14.15%) pada 2009 menjadi 31.02 juta (13.33%) pada 2010. Artinya, dalam satu tahun pemerintah berhasil mengentaskan penduduk miskin sebanyak 1.51 juta penduduk.

Promosi Indonesia

Dengan status sebagai tuan rumah dan ketua ASEAN tahun 2011, Indonesia dapat menggunakan forum WEF sebagai sarana promosi diri untuk kemudian diarahkan bagi pengokohan posisi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Bila disertai political will kuat dari para pemangku kebijakan di tingkat pusat, agaknya bukan perkara sulit bagi Indonesia untuk mewujudkan hal itu, terlebih ada sejumlah modal penting yang kita miliki sebagai sebuah bangsa.

Pertama, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta dari sensus penduduk tahun 2000. Dari perspektif ekonomi, fakta ini tentu menggambarkan bahwa Indonesia merupakan pasar besar dan potensial bagi negara-negara lain.

Kedua, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang cenderung lengkap ketimbang negara-negara ASEAN lain. Sejumlah komoditas utama di sektor pertanian dan pertambangan yang dikonsumsi negara-negara ASEAN berasal dari Indonesia. Ketiga, Indonesia memiliki pengalaman penting dan berharga dalam menghadapi berbagai tantangan dan kendala, terutama saat diterpa krisis moneter pada kurun waktu 1997-1998. Pengalaman pahit ini telah menjadikan Indonesia jauh lebih matang dan siap dalam mengarungi lautan ekonomi global.

Keempat, keanggotaan Indonesia di berbagai forum kerjasama ekonomi global, terutama G20. G20 adalah forum resmi kerja sama ekonomi internasional pengganti Kelompok 8 (G8). Forum ini dibentuk untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dunia dengan memperkokoh fondasi keuangan internasional. G20 merupakan reperesentasi produk domestik bruto (PDB) dua per tiga penduduk dunia. Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang tergabung di dalam G20.

Kelima, pertumbumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu positif dalam beberapa tahun terakhir sebagai buah keberhasilan mengelola ekonomi makro. Komite Ekonomi Nasional meyakini laju ekonomi Indonesia tahun 2011 akan jauh lebih cepat. Dengan kebijakan ekonomi yang tepat, perekonomian Indonesia tahun 2011 diyakini akan mampu tumbuh mencapai 6,4 persen. Tingkat konsumsi, investasi, dan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara serentak.

Merujuk fakta-fakta di atas, sangat disayangkan apabila forum WEF terlewat tanpa bisa membuatnya sebagai momentum kebangkitan ekonomi kita. Tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini cukup diperhitungkan dunia internasional. Bersama China dan India, Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan positif di saat krisis melanda ekonomi global selama rentang waktu 2008-2009.

Sulit dimungkiri bahwa selama ini kepentingan negara-negara berkembang, tidak terkecuali di kawasan Asia Tenggara, seringkali tersingkirkan akibat ketiadaan sosok negara pemimpinan yang kuat. Posisi Indonesia sebagai pemimpin ASEAN tahun 2011 sudah seharusnya harus dapat difungsikan secara maksimal untuk mengatasi masalah itu. Indonesia harus lebih berani menyuarakan kepentingan negara-negara ASEAN di setiap pertemuan ekonomi global, tidak terkecuali Forum Ekonomi Dunia.

No comments: